Saya sudah melakukan riset dalam kehidupan sehari-hari bahwa saya memang layak menulis cerita cinta, namun bukan kisah cinta seperti di film-film - televisi - atau hal lainnya, kisah ini murni kisah tentang Cerita Cinta yang mengalir apa adanya, tanpa setting tokoh - alur - klimaks cerita dan tanpa guru menulis fiksi, yang sering saya baca di ahri Minggu bahwa banyak sekali cerita cinta - cerita sastra yang ditulis dengan sangat buruk. Lebih lagi kisah cerpen di harian nasional yang memilih ending tidak jelas - yang aku khawatir akan masuk dan terinstall kepada pada pembaca cerpen tersebut.
Hal ini, sepertinya juga dirasani oleh para netizen yang mengabarkan vokalis band seventeen yang melantunkan lagu #Kemarin dan berakhir dengan gulungan ombak Tsunami di Banten. Wallahu alam. Apa yang dinyanyikan dengan sepenuh perasaan, mewujud menjadi kenyataan. Bila lagu sedih, maka sang penyanyi pun berakhir sedih - ibarat kata guru mind programming bahwa para penyanyi itu sedang melantunkan kisah hidupnya, para aktor sedang memfilmkan kisah dirinya di masa datang. Bahwa hal itu ibarat program bawah sadar yang diinstall secara perlahan-lahan, sampai waktu mewujudkannya.
Kali ini pun, saya sedang melakukan perceptual position sebagai penulis cerita cinta - bukan sebagai Trainer Motivator yang sedang kontrak dengan perusahaan besar di Luar Jawa yang sedang ada internal conflict antara owner dengan para kepala cabangnya yang sedang memperkaya dirinya sendiri - bukannya mengabdi. Topik ini merupakan topik favorit owner bisnis tentang empat kesalahan fatal eksekutif bisnis :
1. Tidak Jujur
2. Tidak Mengabdi
3. Menggunakan fasilitas Kantor untuk kepentingan pribadi
4. Tidak sayang keluarga (Selingkuh)
Kadang, saya berfikir kenapa tulisan ini terbalik-balik, ingin hati menulis kisah "Inner Beauty nya Mbak Dian yang diterima sebagai ASN PNS Kejaksaan di Masamba Makassar yang meginspirasi tulisan artikel Training Public Speaking berbaur dengan kisah cinta gadis Pemalang putri Hakim Jakarta yang memiliki Rumah Makan di Randu Dongkal dengan wahana wisata bebek bebek air.
Kisahnya tentang cintanya yang kandas di penghujung tahun 2016 sebagai Mahasiswi Hukum Undip Semarang, galau dan untuk melepaskan berbagai hal perasaan yang menggangu maka Dian memutuskan mengikuti banyak hal, termasuk ikut kelas Public SPeaking Training di Ilyas Afsoh Institute di Kota Semarang - kala itu di Simpang Lima Residence. Saya bertemu dengannya pertama kali dengan muka kusut dan sweater biru lusuh dengan kacamata bulat ala mahasiswa.
Menggunakan kata saya, dalam artikel ini membuatku kurang asyik dalam bercerita. Maka akan kuganti kata saya dengan kata "AKU".
Aku berusaha mengingat cerita apa yang hendak aku tulis manakala aku di atas kereta Maharani Semarang Surabaya di kursi 3A gerbong 4. Cerita cintanya hilang entah kemana? Bahkan aku belum menemukan siapa tokoh utama dalam kisah cinta di blog ini. Aku hanya ingin menulis saja, menulis tentang cerita kasih cinta dua hati yang menyatu dalam mahligai indah di era Netizen - era revolusi Industri 4.0.
Mungkin lebih mudah menulis artikel artikel seperti di bawah ini :
Cara Ungkapkan Cinta