Dalam hati, saya bertanya ,"Pelajaran apakah yang dapat kita ambil dari cerita di atas?" Bukankah pelajaran hanya didapatkan bagi orang-orang yang berakal - berfikir?
Apakah saya sebagai anak-anak melakukan hal itu merupakan hal yang bodoh? atau Wajar? Sebagai ana-anak desa tentu saja sangat wajar dan itu bukan kebodohan.
Tentu berbeda bila saya yang saat ini berusia 37,5 tahun melakukan hal yang sama seperti anak-anak, Pesawat aku minta uangnya! Hal ini dibarengi dengan kesadaran dan pengetahuan bahwa pesawat dengan ketinggian terbang 17.000 kaki tentu tidak dapat melihat seseorang yang berteriak di bawahnya, tidak dapat mendengar apapun. Yang terlihat object object kecil, awan di kiri kanan, laut di bawah yang menghampar atau gunung saja di balik jendela penumpang.
Ingatan saya kembali hadir, pengalaman pertama kali naik pesawat ketika saya ada kelas privat internet marketing di Surabaya, tepatnya di Menganti Gresik. Saya diminta seseorang untuk mengajarkannya internet marketing dari pemula. Pembelajarnya murid saya seorang chinese pengusaha produsen oli di Gresik. Karena butuh waktu cepat, maka saya naik pesawat ekonomi Sriwijaya dari Semarang A Yani ke Juanda Surabaya.
Saya pesan tiket dengan aplikasi traveloka.com, transfer manual ke atm dan etiket dikirim melalui aplikasi traveloka. Dari pengalaman ini, maka saya mengetahui harga pesawat seIndonesia bahkan ke luar negeri dengan air asia dapat saya ketahui langsung dari genggaman tangan.
Kemudian saya berangkat hari itu, masuk ke bandara A yani, di cek di detector badan, lepas sabuk, jaket, topi, dompet dan barang lainnya melalui alat cek di bandara. Kemudian saya disambut, seseorang yang sangat baik, rapping mas koper nya. Karena tidak paham dan bingung pertama kali saya iyakan dirapping plastik, lalu saya diminta bayar entah rp 60.000 atau 90.000 saya lupa. Sejak kejadian itu, saya tahu, ooh jasa rapping bagasi tas koper itu berbayar. Ya Sudahlah, pengalaman belajar.
Lalu check-in di depan kounter Sriwijaya, dengan batas garis kuning. Tas ditimbang maksimal koper berat Rp 20 kg per orang- cek tiket di HP dan data diri berupa ktp atau sim. Selesai dapat nomor seat, duduk di dekat jendela, Alhamdulillah.
Menunggu di ruang tunggu, akhirnya saya mampir ke toko buku impor Periplus, harga buku sekitar 300.000 an rupiah. buku-buku best seller dunia ummunya yang dijual.Sampai ada panggilan naik ke pesawat sriwijaya jam 20.50 wib. WOW- akhirnya kesampaian juga naikpesawat terbang.
Di dalam pesawat, saya duduk dan perhatikan ketika pramugari menyampaikan tatacara pakai sabuk pengaman dan life vest (pelampung), tekanan udara bila turun, pintu darurat pesawat, toilet [lavatory], matikan handphone agar tidak menggangu navigasi penerbangan dan seterusnya.
Kesan pertama naik pesawat ekonomi, seperti naik bus. hehehehe.
Ketika take-off (Naik) ooh rasanya seperti naik lift.
Ketika turun (landing), roda pesawat menyentuh aspal, terasa sekali seperti benturan sampai pesawat melambat dan lampu kabin dinyalakan diteruskan suara pramugari -selamat datang di Surabaya.
Cukup di sini sobat, menulis pengalaman pertama naik Sriwijaya Air, akan saya tuliskan lagi naik pertama kali pesawat citylink adiknya Garuda Indonesia. dan Saat naik garuda Airways.
Internet Marketer Indonesia
Ilyas Afsoh Tinggal di Semarang
0821-4150-2649